KALTIMNUSANTARA.COM, –High Frekuency Active Auroral Research Program (HAARP) yakni teori yang merupakan salah satu ilmu dalam kendali frekuensi ruang ionosfir diatasnya atmosfir bumi pada ruang hampa ketinggian 50-400 mil di atas permukaan bumi.
Hal tersebut diungkapkan anggota Komisi I DPRD Kota Samarinda, Nursobah melalui media sosial pribadinya pada, Minggu (12/2/2023).
Teori fisika dan geofisika ini yang dianggap meluluhlantakkan Haiti dan Chile 2010 Tsunami Jepang 2011 dan longsor besar Philipina 2006 hingga gempa Turkey. Tepatnya Kota Kahramanmaras berdekatan Suriah.
Semua dibantah direktur geofisika Alaska University. Fairbanks, Robert McCoy. Salah jika menghubungkan HAARP dengan kendali alam dan bencana. Sebagaimana dalam bantahan Artikel Gaia.
Memperhatikan setengah abad terakhir tentang tata kelola dunia oleh USA dan pemilik hak Veto. Tak ada kata sejahtera pada ilmu yang ditemukan. Ilmu telah dijadikan alat exploitasi dan bumi selalu dalam posisi diperkosa semua alat kontrasepsi yang digunakan.
Ilmu telah dijadikan tunggangan dalam menumpuk benda bukan hanya emas tapi semua jenis fosil. Bahkan ilmu telah menjadi dominasi pemegang kuasa dengan meniadakan efek dosa dan kejahatan bencana.
Jelasnya, Ilmu sebagai alat distribusi sejahtera dalam menghasilkan rumah agar layak berteduh dan nyaman disaat panas. Maka ilmu juga yang membuat iklim sangat dingin di kutub mencipta hangat dalam rumah untuk menjadikan tubuh sejahtera dan selalu sehat dan bugar.
“Ilmu dulu sebagai media komunikasi penuh manfaat. Dan ilmu adalah kontributor tercepat dalam menyatukan manusia dengan teknologi komunikasi massal dan media sosial,” katanya.
Ilmu akan manfaat bagi penduduk bumi dan langit jika disandarkan pada hukum relativitas alam atau dalam istilah agama disebut sebagai hukum Tuhan. Jika pemegang pengetahuannya rapuh. Jadilah ia bencana kecil bahkan dahsyat.
Ujicobanya sudah dilakukan pada senjata bilogis Covid-19 bahkan Bom Atom Hirosima Nagasaki adalah bukti kemarahan tak terkendali dengan menjadikan ilmu sebagai alat pemusnah massal. Kiamat itulah kejadian 1945. Ilmu tanpa akal budi dan firman Tuhan sebagai “knowledge base” akan mewujud jadi bencana. Kecuali ilmu menyadarkannya semakin bijaksana seiring usia bukan nafsu kuasa.
Masa depan jelas bukan pemilik senjata. Karena kerapuhan pengetahuannya sudah sangat dalam dan keropos. Dunia dan warga bangsa akan semakin cerdas memilih. Siapakah yang paling layak dan pantaa jadi kiblat Ilmu. Barat atau Timur. Atau bukan keduanya.
Ia merasa Negeri surga ditengah katulistiwa akan menjadi pioneer kebaikan dan keamanan dunia. Karena. Tata kelola bumi dan alam sudah tak seimbang. Hukum relative nya tercerabut. (ADV)