spot_img
Minggu, Mei 25, 2025

Tidak Luntur Digempur Pandemi, Syarifah Semangat Bangun Usaha Khas Bontang

- Advertisement -

KALTIMNUSANTARA.COM- Lahir dan besar di Bontang Kuala. Syarifah Syahrah lihai mengola hasil laut menjadi ladang bisnis.

Mengenal olahan ikan asin, terasi, rumput laut dan lainnya sudah dijalani selama 30 tahun kebelakang.

Pasang surut kata Syarifah tidak hanya ada pada air laut. Didalam hidupnya juga mengalami hal serupa dalam mencari rejeki untuk menghidupi ke 6 anaknya.

Bisnis ikan asin dan terasi sudah ada sejak tahun 1986. Saat itu hanya 7 orang yang menggeluti bisnis yang bahan bakunya berasal dari ikan, udang, dan rumput laut.

“Kurang leboh 30 tahun saya bisnis olahan laut untuk dijual ke masyarakat,” kata Syarifah saat ditemui di tempat jualannya di Terminal Bontang Kuala, Selasa (29/3/2022).

Peluh keringat proses barang dagangannya selalu ia lakukan. Untuk proses ikan asin membutuhkan waktu yang sangat lama. Dari mulai mengeluarkan isi perutnya, kemudian direndam air yang sudah dicampur dengan garam.

Selanjutnya, baru proses ikan tersenut dijemur dibawah terik mata hari. Terkadang, kalau panas matahari tidak ada, Syarifah tetap menunggu sampai ikan tersebut kering dengan sempurna.

Hal serupa juga ia lakukan ketika membuat terasi asli Bontang. Mulai dari pembusukan udang-udang kecil, menumbuk, menjemur hingga di cetak dan di jual kepasaran.

Setiap hari, produksi yang ia jual hampir 50 kilogram. Dari, ikan bawis, ketambak, kerapu asin, rumput laut, udang kecil kering dan terasi.

“Harus kering. Karena, kita menjual nya tanpa bahan pengawet. Makanya, ikan asin yang dijual hanya bertahan selama satu bulan saja. Sedangkan terasi bisa bertahan selama 6 bulan,” sambungnya.

Dari hasil penjualan itu. Dirinya meraup untung per hari mencapai Rp 500 ribu jika warung dagangannya ramai dikunjungi pembeli.

Bahkan, hasil dari bisnis yang dilakoninya bisa membawa Syarifah pergi naik haji ke tanah suci Makkah pada 2003 lalu.

Ditahun yang sama, suami tercinta dipanggil tuhan yang maha kuasa. Dari situ Syarifah menjadi orang tua tunggal.

Menyekolahkan ke enam anaknya hingga lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dijalaninya dengan ikhlas.

Hingga pada akhirnya, produksi usahanya sempat terhenti beberapa bulan. Lantaran ada pembeli yang mulanya ingin memborong barang dagangannya namun tidak di bayar sepeserpun.

Setelah itu, ada proses dimana Pemerintah kembali membantu dengan modal usaha yang akhirnya perlahan usaha ibu berumur 65 tahun ini kembali bangkit.

“Sejak meninggal almarhum suami saya. Disitu titik terendah yang pernah dialaminya. Bangkit hingga saat ini bertahan tentu bukan hal yang mudah,” rintihannya.

Jatuh bangun di Pandemi Covid-19. Serangan pandemi covid-19 membuat usaha kembali mengalami pasang surut.

Saat orang lain memilih menutup dagangannya. Syarifah tetap keukeuh memilih berjualan. Meski di awal tahun 2020, sempat barang dagangannya per hari tidak laku terjual.

“Awal momen pandemi orang malas berjualan. Kalau saya tetap, tapi resikonya yah dagangan kurang laris,” ungkapnya.

Berbagai macam kebijakan pemerintah juga membuat omset dagangannya babak belur. Sempat beberapa bulan akses pintu masuk Bontang Kuala ditutup untuk wisatawan.

Namun, tidak dengan orang yang bertujuan membeli aneka makanan olahan hasil laut. Dengan ikhtiar kondisi itu dapat dilaluinya dengan lancar.

“Babak belur mas awal-awal. Tapi semakin kesini kembali normal,” ucapnya.

Berita Terkait
- Advertisment -

Most Popular